Login Registrar-se

4 Klub yang Pernah Kena Sanksi Larangan Berlaga di Liga Champions: Ada Juventus dan Klub Mourinho

4 Klub yang Pernah Kena Sanksi Larangan Berlaga di Liga Champions Ada Juventus dan Klub Mourinho

Pengantar: Keindahan dan Kontroversi Liga Champions di Eropa

Turnamen Liga Champions UEFA merupakan puncak kompetisi antarklub di Eropa yang selalu dinantikan oleh pecinta sepak bola di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai ajang bergengsi yang menampilkan klub-klub terbaik dari berbagai negara, Liga Champions tidak hanya menjadi tontonan menarik, tetapi juga memperlihatkan kisah-kisah dramatis, termasuk di antaranya kisah klub-klub yang pernah mengalami sanksi larangan tampil. Artikel ini akan membahas sejarah klub-klub ternama yang pernah terkena sanksi larangan berlaga di kompetisi ini, termasuk Juventus, Besiktas, Fenerbahce, dan FK Pobeda, serta pelajaran berharga yang bisa diambil dari pengalaman mereka.

Sejarah Sanksi Klub di Liga Champions

Sejak pertama kali digelar, kompetisi Liga Champions UEFA tidak lepas dari berbagai dinamika dan tantangan, termasuk kasus pelanggaran yang menyebabkan klub-klub tertentu harus menerima sanksi berat. Sanksi tersebut tidak hanya berupa larangan tampil di kompetisi Eropa, tetapi juga berdampak besar terhadap reputasi dan keberlangsungan klub. Berikut adalah penelusuran lengkap mengenai klub-klub yang pernah mendapatkan larangan tampil di Liga Champions akibat berbagai skandal dan pelanggaran.

Besiktas: Skandal Pengaturan Skor dan Larangan Tampil

Salah satu klub papan atas Turki, Besiktas, pernah mengalami masa kelam dalam sejarah keikutsertaan mereka di kompetisi Eropa. Pada tahun 2013, klub yang bermarkas di Istanbul ini harus menerima sanksi larangan tampil di kompetisi UEFA selama satu musim. Penyebab utamanya adalah dugaan keterlibatan mereka hasil bundesligabundesliga jermanliga jerman dalam skandal pengaturan skor yang mengguncang dunia sepak bola nasional dan internasional.

Kasus ini bermula dari final Piala Turki 2011, di mana Besiktas diduga melakukan manipulasi hasil pertandingan. Setelah penyelidikan mendalam, UEFA menjatuhkan hukuman larangan tampil di kompetisi Eropa selama satu musim. Besiktas pun harus menghapuskan penampilan mereka di Liga Europa 2013/14, digantikan oleh klub Norwegia, Tromsø, yang sebelumnya mereka kalahkan di babak kualifikasi. Kasus ini menjadi catatan hitam dalam sejarah klub yang tengah berupaya memperkuat posisi mereka di panggung Eropa.

Larangan ini menunjukkan betapa seriusnya UEFA dalam memberantas praktik manipulasi dan pengaturan skor, demi menjaga integritas kompetisi. Meski sempat mengajukan banding, upaya Besiktas gagal dan mereka harus menerima hukuman tersebut sebagai pelajaran berharga untuk memperbaiki tata kelola klub di masa depan.

Fenerbahce: Dua Tahun Absen karena Manipulasi Pertandingan

Selain Besiktas, rival sekota mereka, Fenerbahce, juga pernah mengalami larangan tampil di kompetisi UEFA. Pada musim 2013 dan 2014, Fenerbahce harus melewatkan dua tahun kompetisi Eropa karena terlibat dalam skandal pengaturan hasil bundesligabundesliga jermanliga jerman skor yang melibatkan sejumlah klub di Liga Turki.

Kasus ini bermula dari penyelidikan UEFA yang menemukan bukti adanya manipulasi hasil pertandingan selama musim 2010/11. Fenerbahce yang saat itu berhasil meraih gelar juara liga, harus menghadapi kenyataan pahit ketika sanksi larangan tampil di kompetisi UEFA dijatuhkan. Bahkan, klub ini sempat mengajukan banding ke CAS (Pengadilan Arbitrase Olahraga), namun gagal membatalkan hukuman tersebut.

Sanksi ini berdampak besar terhadap peluang mereka di level internasional, termasuk peluang tampil di Liga Champions dan Liga Europa. Kasus Fenerbahce menjadi pengingat pentingnya menjaga integritas dan transparansi dalam dunia sepak bola, terutama dalam kompetisi yang sejatinya menjadi ajang fair play bagi semua klub.

Juventus: Sanksi Larangan karena Pelanggaran Financial Fair Play

Juventus, salah satu klub terbesar di Italia dan pernah meraih dua trofi Liga Champions, juga pernah mengalami larangan tampil di kompetisi Eropa. Pada musim 2023/24, Juventus harus absen dari semua kompetisi Eropa, termasuk Liga Champions, akibat pelanggaran serius terhadap aturan Financial Fair Play (FFP) UEFA.

Kasus ini berbeda dari skandal pengaturan skor atau manipulasi hasil pertandingan. Juventus dihukum karena melakukan pelanggaran keuangan yang berat, seperti memanipulasi laporan keuangan, menyembunyikan pembayaran gaji pemain selama pandemi COVID-19, serta melakukan praktik yang bertentangan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang diatur UEFA.

Larangan ini menjadi pukulan telak bagi Juventus yang tengah berupaya kembali bersaing di level tertinggi Eropa. Sanksi tersebut juga menimbulkan kontroversi di kalangan penggemar dan analis sepak bola, karena dianggap sebagai bentuk tindakan tegas UEFA terhadap klub-klub yang melakukan pelanggaran finansial secara serius.

Berikut data performa terakhir Juventus dalam beberapa pertandingan sebelum sanksi ini diberlakukan:

Tanggal Laga Hasil Skor Catatan
10/09/2023 Juventus vs Empoli Menang 2-0 Performa stabil di Serie A
17/09/2023 Juventus vs Inter Milan Seri 1-1 Pertandingan ketat dan menarik
24/09/2023 Juventus vs Lazio Kalah 0-1 Kekalahan yang mengecewakan
01/10/2023 Juventus vs Napoli Menang 3-2 Kemenangan dramatis
08/10/2023 Juventus vs Atalanta Seri 2-2 Pertandingan sengit dan penuh semangat

Sanksi ini menjadi pelajaran berharga bagi Juventus dan klub-klub lain agar menjaga aturan dan tata kelola keuangan secara profesional dan transparan, demi menghindari sanksi serupa di masa depan.

FK Pobeda: Hukuman Terberat karena Skandal Taruhan

Di ujung spektrum lain, FK Pobeda dari Makedonia Utara pernah menerima hukuman paling berat dalam sejarah sanksi UEFA terkait skandal taruhan. Pada tahun 2009, klub ini diskors selama delapan tahun dari kompetisi UEFA akibat kasus pengaturan skor yang melibatkan aktivitas taruhan ilegal.

Kasus tersebut bermula dari pertandingan kualifikasi Liga Champions 2004 melawan FC Pyunik dari Armenia, di mana UEFA menemukan pola taruhan mencurigakan dan hasil pertandingan yang dimanipulasi. Selain larangan tampil, presiden klub dan beberapa pemain pun mendapatkan larangan seumur hidup dari aktivitas sepak bola.

Walaupun larangan ini dicabut pada 2017, reputasi FK Pobeda dan keberlangsungan klub di dunia sepak bola Eropa tetap terganggu. Kasus ini menjadi pelajaran penting bahwa praktik pengaturan skor dan taruhan ilegal dapat menghancurkan karier dan reputasi klub secara permanen.

Kesimpulan: Pelajaran dari Klub yang Pernah Tersandung Sanksi

Sejarah panjang kompetisi Liga Champions UEFA menunjukkan bahwa integritas dan fair play adalah aspek utama yang harus dijaga oleh semua klub. Kasus-kasus seperti Besiktas, Fenerbahce, Juventus, dan FK Pobeda mengingatkan kita bahwa pelanggaran apa pun, baik itu manipulasi skor, pelanggaran finansial, maupun pengaturan pertandingan, akan mendapatkan konsekuensi berat dari UEFA.

Untuk pecinta sepak bola Indonesia yang ingin mengikuti perkembangan Liga Champions atau menonton pertandingan secara online, penting untuk selalu mengakses layanan resmi dan legal, seperti nonton bola online melalui platform resmi, dan mengikuti hasil live score dari situs terpercaya. Dengan begitu, kita turut mendukung kompetisi yang bersih dan profesional, serta terus menikmati aksi-aksi seru dari klub-klub terbaik Eropa yang berkompetisi di panggung tertinggi ini.

Scroll to Top